MAKALAH KIMIA ANALISIS “NITRIMETRI (DIAZOTASI)"

MAKALAH KIMIA ANALISIS
“NITRIMETRI (DIAZOTASI)”











Oleh:

Arum Fajarwati        (1413206007)



PROGRAM STUDI S1 FARMASI
STIKes KARYA PUTRA BANGSA
TULUNGAGUNG
2015






KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Nitrimetri (Diazotasi) ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih kepada Bapak Arif Santoso selaku Dosen mata kuliah Kimia Analisis Stikes Karya Putra Bangsa yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai teroi titrasi nitrimetri/diazotasi, prinsip reaksi nitrimetri, indikator nitrimetri, dan aplikasi analisis nitrimetri/diazotasi dalam analisis obat dan bahan obat beserta contoh obatnya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.





Tulungagung, 14 November 2015

Penyusun

DAFTAR ISI

JUDUL................................................................................................... i
KATA PENGANTAR......................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................. 1
1.2 Tujuan................................................................................................ 2
1.3 Manfaat............................................................................................. 2
BAB II ISI
2.1 Teori Titrasi Nitrimetri / Diazotasi..................................................... 3
2.2 Jenis – Jenis Reaksi Nitrimetri........................................................... 5
2.3 Prinsip Reaksi Nitrimetri................................................................... 7
2.4 Indikator Nitrimetri........................................................................... 8
2.5 Aplikasi Analisis Nitrimetri / Diazotasi Dalam Analisis Obat Dan Bahan Obat Beserta Beberapa Contohnya........................................................................................ 11
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan........................................................................................ 12
3.2 Saran.................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA........................................................................... 13





BAB I
PENDAHULUAN
1.1         Latar Belakang
Kimia analisis mencakup analisis  kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis secara kualitatif menunjukkan keberadaan suatu zat atau unsur tertentu dalam suatu sampel, sedangkan analisis secara kuantitatif menyatakan jumlah suatu zat atau unsur dalam sampel. Analisa kualitatif dapat dilakukan dengan cara klinik maupun instrumental yaitu dengan menggunakan alat modern. Cara klasik dapat dibagi menjadi beberapa metode diantaranya adalah volumetri.
Berdasarkan pengukuran, analisa kuantitatif dibagi atas 3 bagian yaitu analisa titrimetri, analisa gravimetrik dan analisa instrumental. Analisa titrimetri melibatkan pengukuran volume suatu larutan dengan konsentrasi yang diketahui yang diperlukan untuk bereaksi dengan analit.
Nitrimetri merupakan cara analisa volumetri yang berdasarkan pada reaksi pembentukan garam diazonium. Garam diazonium itu terbentuk dari hasil reaksi antara senyawa yang mengandung gugus amin aromatis bebas, pada suhu di bawah 15°C dalam senyawa asam. Titrasi diazotasi berdasarkan pada pembentukan garam diazonium dari gugus amin aromatis bebas yang direaksikan dengan asam nitrit, dimana asam nitrit ini diperoleh dengan cara mereaksikan natrium nitrit dengan suatu asam (Harmita, 2006).
Senyawa-senyawa yang dapat ditentukan dengan metode nitrimetri antara lain golongan sulfonamida seperti sulfamerazin, sulfadiazin dan sulfanilamid. Senyawa-senyawa ini dalam dunia farmasi sangat bermanfaat seperti sulfanilamid sangat berguna sebagai obat antimikroba. Selain senyawa-senyawa tersebut, pemanis buatan seperti natrium siklamat bisa ditetapkan kadarnya menggunakan metode nitrimetri. Melihat kegunaannya maka nitrimetri merupakan salah satu metode analisis yang diperlukan untuk menganalisis senyawa-senyawa tersebut.
Oleh karena itu disusun makalah tentang nitrimetri ini untuk mengetahui teroi titrasi nitrimetri/diazotasi, prinsip reaksi nitrimetri, indikator nitrimetri, dan aplikasi analisis nitrimetri/diazotasi dalam analisis obat.

1.2         Tujuan
1.      Mengetahui teori titrasi nitrimetri / diazotasi
2.      Mengetahui jenis – jenis reaksi nitrimetri
3.      Mengetahui prinsip reaksi nitrimetri
4.      Mengetahui indikator nitrimetri
5.      Mengetahui aplikasi analisis nitrimetri / diazotasi dalam analisis obat dan bahan obat beserta beberapa contohnya.

1.3         Manfaat
1.      Untuk mengetahui teori titrasi nitrimetri / diazotasi
2.      Untuk mengetahui jenis – jenis reaksi nitrimetri
3.      Untuk mengetahui prinsip reaksi nitrimetri
4.      Untuk mengetahui indikator nitrimetri
5.      Untuk mengetahui aplikasi analisis nitrimetri / diazotasi dalam analisis obat dan bahan obat beserta beberapa contohnya.











BAB II
ISI

2.1         Teori Reaksi Nitrimetri / Diazotasi
Salah satu metode yang termasuk dalam titrasi redoks adalah diazotasi (nitritometri). Titrasi diazotasi berdasarkan pada pembentukan garam diazonium dari gugus amin aromatis bebas yang direaksikan dengan asam nitrit, dimana asam nitrit ini diperoleh dengan cara mereaksikan natrium nitrit dengan suatu asam.
Titrasi diazotasi sangat sederhana dan sangat berguna untuk menetapkan kadar senyawa-senyawa antibiotik sulfonamida dan juga senyawa-senyawa anestesika lokal golongan asam amino benzoat (Gandjar dan Rohman, 2007).
Metode titrasi diazotasi disebut juga dengan nitrimetri yakni metode penetapan kadar secara kuantitatif dengan menggunakan larutan baku natrium nitrit. Metode ini didasarkan pada reaksi diazotasi yakni reaksi antara amina aromatik primer dengan asam nitrit dalam suasana asam membentuk garam diazonium (Gandjar dan Rohman, 2007).
Titrasi nitrimetri merupakan titrasi yang dipergunakan dalam analisa senyawa-senyawa organik, khususnya untuk persenyawaan amina primer. Penetapan kuantitas zat didasari oleh reaksi antara fenil amina primer (aromatik) dengan natrium nitrit dalam suasana asam yang membentuk garam diazonium dan dikenal sebagai reaksi diazotasi. Untuk membuat suasana asam umumnya digunakan asam klorida.
Titrasi diazotasi ini sangat sederhana dan sangat berguna untuk menetapkan kadar-kadar senyawa antibiotik sulfonamide dan juga senyawa-senyawa anastetika lokal golongan asam amina benzoate. Metode titrasi diazotasi disebut juga nitrimetri, yaitu metode penetapan kadar secara kuatitatif dengan menggunakan larutan baku NaNO2-. Metode ini didasarkan pada reaksi diazotasi yakni reaksi antara amina aromatik primer dengan asam nitrit dalam suasana asam membentuk garam. Titik akhir titrasi diazotasi tercapai apabila pada penggoresan larutan yang dititrasi pada pasta kanji iodide atau kertas kanji iodide akan terbentuk warna hijau tosca atau biru (Wunas, 1968).
Dalam nitrimetri, berat ekivalen suatu senyawa sama dengan berat molekulnya karena 1 mol senyawa bereaksi dengan 1 mol asam nitrit dan menghasilkan 1 mol garam diazonium. Dengan alasan ini pula, untuk nitrimetri, konsentrasi larutan baku sering dinyatakan dengan molaritas (M) karena molaritasnya sama dengan normalitasnya (Gandjar dan Rohman, 2007).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam titrasi nitrimetri adalah :
1.        Suhu
Pada saat melakukan titrasi, suhu harus berada antara 5-15° C, walaupun sebenarnya pembentukan garam diazonium berlangsung pada suhu yang lebih rendah yaitu 0-5° C. Pada temperatur 5-15° C digunakan KBr sebagai stabilisator. Titrasi tidak dapat dilakukan pada suhu tinggi karena :
·            HNO2 yang terbentuk akan menguap pada suhu tinggi
·            Garam diazonium yang terbentuk akan terurai menjadi fenol
2.        Keasaman
Titrasi ini berlangsung pada pH ± 2 hal ini dibutuhkan untuk :
·            Mengubah NaNO2 menjadi HNO2
·            Pembentukan garam diazonium
3.        Kecepatan Reaksi
Reaksi diazotasi berlangsung lambat sekali, sehingga agar reaksi sempurna maka titrasi harus dilakukan perlahan-lahan dan dengan pengocokan yang kuat. Frekuensi tetesan pada awal titrasi kira-kira 1 ml/menit, lalu menjelang titik akhir menjadi 2 ml/menit.            Karena asam nitrit terbentuk pada suasana asam, penambahan KBr pada titrasi nitrimetri diperlukan sebagai :
1.             Katalisator, yaitu untuk mempercepat reaksi, karena KBr dapat mengikat NO2 membentuk nitrosobromid, yang akan meniadakan reaksi tautomerasi dari bentuk keto dan langsung membentuk enol.
2.             Stabilisator, yaitu untuk mengikat NO2 agar asam nitrit tidak terurai atau menguap.

2.2         Jenis – jenis Reaksi Nitrimetri
Jenis titrasi diazotasi cukup sederhana untuk dilakukan dan sangat berguna untuk analisis antibiotik sulfonamide dan anastetik lokal turunan asam benzoat. Titrasi dilakukan dengan menggunakan natrium nitrit yang diasamkan, menyebabkan fungsi amin aromatik primer diubah menjadi garam diazonium, seperti pada reaksi sulfasetamina dengan asam nitrit (Watson, 2010).
Jenis – jenis reaksi nitrimetri meliputi:
1.      Reaksi diazotasi antara sulfanilamide (mengandung gugus amin aromatis primer) dengan asam nitrit (Gandjar dan Rohman, 2007).


           




Penjelasan dari reaksi diatas :
a.    Ketika campuran asam nitrat dan asam sulfat (bereaksi secara in situ) direaksikan dengan benzena, dalam perbandingan tertentu ion nitronium (NO2-) yang merupakan spesies nukleofilik, adalah ion nitrit (NO2-)  yang terdapat pada asam nitrit, dengan bahwa sesama muatan sejenis tidak dapat bereaksi.
b.    Secara in situ, Sn dan HCl akan bereaksi membentuk SnCl2, yang berperan sebagai reduktor lemah dalam reaksinya dengan nitrobenzena sehingga anilin akan terbentuk.
c.    Secara in situ asam klorida akan bereaksi dengan natrium nitrit (NO2-) untuk membentuk asam nitrit. Reaksi ini diperlukan karena asam nitrit tidak dapat dibuat secara langsung karena asam nitrit dengan mudah teroksidasi menjadi asam nitrat (HNO3-) apabila tidak diisolasi dengan benar. Reaksi 3 inilah yang disebut reaksi diazotasi dengan benzena daiazonium sebagai produknya.
d.   Benzenadiazonium tidak stabil pada suhu panas sehingga reaksi diazotasi disarankan berlangsung pada suhu rendah (biasanya 0oC). Penambahan air disertai protonisasi sebagai pemacu reaksi akan mensubtitusi klorida yang terdapat dalam benzenadiazonium. Klorida memiliki nilai elektronegativitas yang besar sehingga sebanyak klorida (benzenadiazonium) tersebut tidak begitu stabil. Dengan adanya pemanasan hidroksi benzenadiazonium akan terurai dan tertata ulang membentuk fenol.
2.      Reaksi diazotasi pada analisis suksinil sulfatiazol (Gandjar dan Rohman, 2007).
Pada penetapan kadar senyawa yang mempunyai gugus aromatic yang terikat dengan gugus lain seperti suksinil sulfatiazol harus dihidrolisis lebih dahulu sehingga diperoleh gugus amin aromatis bebas untuk selanjutnya bereaksi dengan natrium nitrit dalam suasana asam membentuk garam diazonium. Senyawa-senyawa yang mempunyai gugus nitro aromatis seperti kloramfenikol (Gandjar dan Rohman, 2007).
3.      Reaksi diazotasi pada analisis kloramfenikol (Gandjar dan Rohman, 2007).
Kloranfenikol yang mempunyai gugus nitro atomatis direduksi terlebih dahulu dengan Zn/HCl untuk menghasilkan senyawa amin aromatis primer yang bebas yang selanjutnya bereaksi dengan asam nitrit untuk membentuk garam diazonium.
2.3         Prinsip Reaksi Nitrimetri
Prinsip titrasi nitrimetri adalah reaksi diazotasi, yaitu :
1.    Pembentukan garam diazonium dari gugus amin aromatik primer (amin aromatik sekunder dan gugus nitro aromatik). Contoh zat yang memiliki gugus amin aromatik primer adalah benzokain. Contoh zat yang memiliki gugus amin aromatis sekunder adalah parasetamol dan fenasetin. Contoh zat yang memiliki gugus nitroaromatik adalah kloramfenikol.
2.    Pembentukan senyawa nitrosamine dari amin alifatik sekunder. Contoh zat yang mempunyai gugus amin alifatis adalah Na siklamat.
3.    Pembentukan senyawa azo dari gugus hidrazida. Contoh zat yang memiliki gugus hidrazida adalah INH.
4.    Pemasukkan gugus nitro yang jarang terjadi karena sulitnya titrasi dengan menggunakan asam nitrit dalam suasana asam.
Reaksi diazotasi tidak stabil dalam suhu kamar,karena garam diazonium yang terbentuk mudah terdegradasi membentuk senyawa fenol dan gas nitrogen. Sehingga reaksi dilakukan pada suhu dibawah 15°C. Untuk mendapatkan suhu dibawah 15°C dapat dilakukan dengan merendam erlenmeyer yang berisi sampel dalam bejana berisi batu es.
2.4         Indikator
Pada titrasi diazotasi, penentuan titik akhir titrasi dapat menggunakan indikator luar, indikator dalam, dan secara potensiometri (Gandjar dan Rohman, 2007).
  1. Indikator Luar
Indikator luar yang digunakan adalah pasta kanji-iodida atau dapat pula menggunakan kertas kanji-iodida. Ketika larutan digoreskan pada pasta atau kertas, adanya kelebihan asam nitrit akan mengoksidasi iodide menjadi iodium dan dengan adanya kanji atau amilum akan menghasilkan warna biru segera. Indikator kanji-iodida ini peka terhadap kelebihan 0,05 – 0,10 ml natrium nitrit dalam 200 ml larutan. Reaksi yang terjadi dapat dituliskan sebagai berikut:
NaNO2 + HCl à HNO2 + NaCl
KI + HCl à KCl +HI
2 HI + 2 HONO à I2 + 2 NO + 2 H2O
I2 + kanji à kanji iod (biru)
Titik akhir titrasi tercapai apabila pada penggoresan lautan yang dititrasi pada pasta kanji-iodida atau kertas kanji-iodida akan terbentuk warna biru juga terbentuk beberapa saat setelah dibiarkan di udara. Hal ini disebabkan karena oksidasi iodida oleh udara (O2) menurut reaksi (Gandjar dan Rohman, 2007):
4 KI + 4 HCl + O2 à 2H2O + 2 I2 + 4 KCl
I2 + kanji à kanji iod (biru)
Untuk meyakinkan apakah benar-benar sudah terjadi titik akhir titrasi, maka pengujian seperti di atas dilakukan lagi setelah dua menit (Gandjar dan Rohman, 2007). Dengan indikator luar, dengan pasta kanji-KI mempunyai kelebihan dan kekurangan yaitu sebagai berikut :
Kelebihan :
a.          Untuk beberapa zat lebih tepat dipakai karena perubahan warna lebih jelas.
Kekurangan :
a.         Cara kerja tidak praktis
b.         Terlalu sering menguap  menyebabkan adanya kemungkinan zat terbuang.
c.         Titrasi harus dilakukan pada suhu dibawah 150 C
d.        Harus diketahui jumlah volume titran yang dibutuhkan. Bila tidak, titrasi akan berlangsung sangat lama yang berarti makin banyak larutan yang dititrasi hilang (karena digoreskan pada pasta kanji iodida untuk mengetahui titik akhir titrasi).
  1. Indikator Dalam
Indikator dalam terdiri atas campuran tropeolin OO dan metilen biru. Tropoelin OO merupakan indikator asam-basa yang berwarna merah dalam suasana asam dan berwarna kuning bila dioksidasi oleh adanya kelebihan asam nitrit, sedangkan metilen biru sebagai pengkontras warna sehingga pada titik akhir titrasi akan terjadi perubahan dari ungu menjadi biru sampai hijau tergantung senyawa yang dititrasi (Gandjar dan Rohman, 2007).
Pada pemakaian Indikator dalam ini ternyata mempunyai kelebihan yaitu sebagai berikut :
a.       Cara kerja cepat dan praktis.
b.      Dapat dilakukan pada suhu kamar.

Pemakaian kedua indikator ini ternyata memiliki kekurangan. Pada indikator luar harus diketahui dulu perkiraan jumlah titran yang diperlukan, sebab kalau tidak tahu perkiraan jumlah titran yang dibutuhkan, maka akan sering melakukan pengujian apakah sudah tercapai titik akhir titrasi atau belum. Di samping itu, kalau sering melakukan pengujian, dikhawatirkan akan banyak larutan yang dititrasi (sampel) yang hilang pada saat pengujian titik akhir. Sementara itu pada pemakaian indikator dalam walaupun perlakuannya mudah tetapi sering kali untuk senyawa yang berbeda akan memberikan warna yang berbeda. Untuk mengatasi hal ini, maka akan digunakan metode pengamatan titik akhir secara potensiometri (Gandjar dan Rohman, 2007).
  1. Secara Potensiometri
Metode yang baik untuk penetapan titik akhir nitrimetri adalah metode potensiometri dengan menggunakan electrode kolomelplatina yang dicelupkan ke dalam nitrat. Pada saat titik akhir titrasi (adanya kelebihan asam nitrit), akan terjadi perubahan arus yang sangat tajam sekitar +0,80 Volt sampai +0,90 Volt. Metode ini sangat cocok untuk sampel dalam bentuk sediaan sirup berwarna (Gandjar dan Rohman, 2007).

2.5         Aplikasi Analisis Nitrimetri / Diazotasi Dalam Analisis Obat dan Bahan Obat Beserta Beberapa Contohnya
Dalam farmakope Indonesia Titrasi diazotasi digunakan untuk menetapkan kadar: benzokain primakuin fosfat dan sediaan tabletnya, prokain HCl, sulfasetamid, natrium sulfasetamid, sulfametazin, sulfadoksin, sulfametoksazol, tetrakain, dan tetrakain HCl (Gandjar, 2007).
Tirtasi diazotasi dapat digunakan untuk :
1.      Penetapan kadar senyawa-senyawa yang mempunyai gugus amin aromatis  primer bebas seperti selfamilamid.
2.      Penetapan kadar senyawa-senyawa yang mana gugus amin aromatic terikat dengan gugus lain seperti suksinil sulfatiazol, ftalil sulfatiazol dan  parasetamol. Pada penetapan kadar senyawa yang mempunyai gugus aromatic yang terikat dengan gugus lain seperti suksinil sulfatiazol harus dihidrolisis lebih dahulu sehingga diperoleh gugus amin aromatis bebas untuk selanjutnya bereaksi dengan natrium nitrit dalam suasana asam membentuk garam diazonium. Reaksi yang terjadi pada analisis suksinil sulfatiazol.
3.      Senyawa-senyawa yang mempunyai gugus nitro aromatis seperti kloramfenikol. Senyawa-senyawa nitro aromatis dapat ditetapkan kadarnya secara nitrimetri setelah direduksi terlebih dahulu untuk menghasilkan senyawa amin aromatis primer. Kloramfenikol yang mepunyai gugus nitro aromatis direduksi terlebih dahulu dengan Zn/HCI untuk menghasilkan senyawa amin aromatis primer yang  bebas yang selanjutnya bereaksi dengan asam nitrit untuk membentuk garam diazonium.











BAB III
PENUTUP
3.1         Kesimpulan
Diazotasi disebut juga dengan nitrimetri yakni metode penetapan kadar secara kuantitatif dengan menggunakan larutan baku natrium nitrit. Prinsip Titrasi nitrimetri adalah reaksi diazotasi yang meliputi pembentukan garam diazonium dari gugus amin aromatic primer (amin aromatic sekuder dan gugus nitro aromatik), pembentukan senyawa nitrosamine dari amin alifatik sekunder, pembentukan senyawa azi dari gugus hidrazida, pemasukkan gugus nitro yang jarang terjadi karena sulitnya nitrasi dengan menggunakan asam nitrit dalam suasana asam. Penentuan titik akhir titrasi diazotasi dapat menggunakan indikator luar, indikator dalam, dan secara potensiometri.
Titrasi diazotasi digunakan untuk menetapkan kadar: benzokain primakuin fosfat dan sediaan tabletnya, prokain HCl, sulfasetamid, natrium sulfasetamid, sulfametazin, sulfadoksin, sulfametoksazol, tetrakain, dan tetrakain HCl.

3.2         Saran
Sebaiknya perlu dilakukan pendalaman pengetahuan mengenai titrasi nitrimetri/diazotasi dan contoh – contohnya karena pengetahuan ini dapat sangat berguna terutama bagi mahasiswa farmasi dalam bidang mencakup analisis  bahan obat dan sedian obat.






DAFTAR PUSTAKA
Harmita. 2006. Analisis Kuantitatif Bahan Baku dan Sediaan Farmasi edisi I (hal 98-101). Departemen Farmasi FMIPA Universitas Indonesia. Depok.
Prof. Dr. Gholib Ibnu dan R.Abdul. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
Watson, Jhon. 2010. Mudah dan Aktif Belajar Kimia. Bandung : Grafindo
Media Pratama
Wunas, J. Said. 1986. Analisa Kimia Farmasi Kuantitatif. Makassar : UNHAS


Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

ARGENTOMETRI

MAKALAH KIMIA ANALISIS